Ngumpul Bersama Keluarga Saat Ramadan
May 02, 2021
Berkumpul bersama keluarga ngumpul di rumah nenek sudah menjadi kegiatan favoritku sebenarnya saat ramadan. Apalagi kalo bisa kumpul di rumah nenek bersama sanak saudara yang datang dari jauh.
Ada saja cerita dan kenangan yang bisa membuatku sangat merindukannya entah itu ngumpul bersama keluarga ataupun ke rumah nenek. Mengabiskan waktu saat ramadan hingga waktu lebaran tiba. Terlebih lagi, ngumpul bersama di rumah nenek tentu akan lebih ramai lagi. Saat tersedih saat saya dan keluarga harus pulang ke rumah masing-masing karena harus kembali ke rutinitas kerja, aktivitas, sekolah dsb. Hingga kami harus menunggu saat ramadan selanjutnya agar bisa dapat kembali berkumpul bersama.
Baca Juga:
3 AKUN CHANNEL RESEP MAKANAN FAVORIT
HARI LIBUR? INI 4 KEGIATAN YANG SAYA LAKUKAN
MOMEN YANG PALING DIRINDUKAN SAAT RAMADAN
Semuanya itu karena...
Semuanya datang
Saat lebaran memang paling rame saat ke rumah nenek di kampung. Yah, kami anak, cucu dan cicit berkumpul di rumah nenek untuk lebaran bersama yang hanya terjadi saat lebaran idul fitri saja. Mungkin karena waktu cuti saat lebaran idul fitri lebih banyak.
Momen itulah menjadi ajang kumpul keluarga besar karena hampir semuanya datang karena hanya sekali dua kalilah kumpul keluarga kami benar-benar lengkap, tau lah ada aja yang terjadi. Tapi dengan berkumpulnya keluarga yang memang kebanyakan merantai di kota lain bahkan ke luar pulau. Kami juga bisa berjumpa dengan sanak kelurga yang hanya bisa dijumpai sekali setahun.
Saat bernajak dewasa saya mengakui bahwa kumpul keluarga di rumah nenek tidak seramai dulu lagi. Dengan berbagai alasan yang kadang membuat saya menyadari mata bahwa nenek saya selalu mengharapkan rumahnya akan dipenuhi oleh seluruh anak, cucu dan cicitnya.
Bagi Tugas
Ngumpul keluarga di rumah nenek pasti ada sisi riweuhnya. Yup, apalagi bukan ramadan menjelang ramadan. Banyak yang perlu dipersiapkan mulai dari makanan sahur, berbuka, kue lebaran, makanan saat lebaran dan termasuk beres rumah. Biasanya akan dibagi agar semuanya bisa selesai.
Paling enak jadi bocah, cuma tahu main dan gak perlu ngerjain semuanya. Hingga akhirnya saat kami mulai tumbuh besar dan dewasa yang menjadikan kami harus ikut ambil bagian dalam bagi-bagi tugas di rumah nenek.
Saya sih paling suka saat kebagian tugas ngebungkus burasa atau buras dan gogos. Buras itu serupa dengan nasi liwet tapi sibungkus dengan daun pisang dan pandan. Kalo gogos seruoa dengan buras tapi bahannya dari beras ketan.
Maaf
Lebaran memang gak afdol kalo gak saling meminta maaf atas kesalahan baik itu sengaja maulun tidak disengaja. Salam, saling bermaaf-maafan, hingga berpelukan. Ada juga tangis dan semua itu tangis bahagia. Momen itu akan terjadi tepat setelah tiba di rumah nenek setelah tiba dari melaksanakan salat idul fitri berjamaah di masjid ataupun lapangan.
Dimulai dengan menyalami orang tua, nenek lalu siapa saja yang antriannya tidak panjang untuk meminta maaf. Saat sanak saudara yang datang ke rumah nenek tidak terlalu banyak mah tidak masalah. Tapi hampir semua anggota keluarga hadir maka disitulah seninya. Saking banyaknya kami akan menghabiskan banyak waktu untuk menyalami dan meminta maaf satu per satu. Bahkan hingga kami bisa saja melewatkan satu atau dua orang.
THR
Satu hal yang paling saya suka saat lebaran adalah momen bagi-bagi uang THR kepada si bocah-bocah termasuk saya. Tidak menentu siapa yang membagikannya, semuanya terserah pada anggota keluarga yang mau baik itu orang tua, tante, om dll. Jumlahnya pun tak menentu. Ya pasti saya sangat senang setiap mendapatkan uang THR.
Tidak, kami tidak berbaris saat dibagikan THR oleh anggota keluarga. Kami akan dipanggil satu persatu lalu maju dan menerima uang THR dengan malu-malu, lalu mengucapkan terima kasih dan bergabung dengan para sepupu menikmati euforia THR. Kami bahkan sudah memikirkan mau diapakan uang itu. Sorenya kami para sepupu akan segera ke warung membelanjakan uang THR kami tersebut dengan cemilan lalu kembali ke rumah nenek dan mengemilnya dibawah rumah. Yup, rumah nenek adalah rumah panggung yang strukturnya terbuat dari kayu.
Siarah Kubur
Saat kecil dulu, kami selalu menyempatkan diri untuk siarah kubur saat kami ke rumah nenek. Tak tanggung-tanggung, kami bahkan sering menggunakan truk agar bisa menampung banyak sanak saudara yang tidak bisa dihitung jari. Seringnya kami menggunakan mobil dan motor. Saat itu, pick up atau mobil pete-pete lah yang paling sering digunakan. Kuburannya ada yang dekat dan ada yang jauh.
Sebelum berangkat ada yang perlu dipersiapkan terlebih dahulu. Mulai dari teko, nampan, dan bunga yang dicabut dari halaman rumah.
Kami pun mulai menyusuri perjalan untuk memulai siarah kuburnya. Dimulai dengan menyiram batu nisan dan tanah kuburannya, menaburi Bunga hingga membaca doa. Setelahnya akan ada penjelasan dari para sesepuh mengenai kuburan siapa yang dikunjungi.
Namun, ada satu hal yang paling saya ingat saat itu. Saat mulai mengunjungi satu per satu kuburan maka setiap lokasi yang sama para orang tua akan menaruh beberapa lembar uang potongan kecil hingga 20.000, bahkan jumlah itu termasuk sangat besar saat itu. Sebelum meninggalkan setiap lokasi dan semua orang tua melakukannya, mereka kemudian membagikan kepada kami si bocah-bocah uang tersebut. Senanglah kan dapat duit. Tapi entah apa faedahnya. Sekarang pun sudah tidak lagi dilakukan.
0 komentar
Terima kasih telah mengunjungi aindhae.com. Silahkan komentar dengan bijak. No spam please!
Link error? Tell me please.