5 Pusat Kebudayaan Asing Favorit sebagai Destinasi Wisata
April 20, 2021Hari ini saya akan berbagai mengenai tempat liburan favorit. Agak anti mainstream namun bisa dicoba bagi kalian yang menggemari kebudayaan negara tertentu yaitu mendatangi pusat kebudayaan asing.
Saya memilih pusat kebudayaan asing karena dikelola oleh perwakilan negara tertentu di negara tertentu pula termasuk di Indonesia sehingga mayoritas berada di ibu kota Jakarta dan terjangkau.
Pusat Kebudayaan Asing
Saya suka mempelajari kebudayaan baik itu kebudayaan lokal, Indonesia maupun mancanegara. Jadi, saya menjadikan pusat kebudayaan asing sebagai tempat wisata favorit saya.
Baca Juga:
KEPUTUSAN YANG MENGANTARKAN KE PENCAPAIAN TERTINGGI DALAM HIDUPKU
Saat masih berdomisili di Bogor, saya baru tahu bahwa ada beberapa banyak pusat kebudayaan asing yang membuat saya mengunjungi beberapa pusat kebudayaan asing di Jakarta. Yah, kalo dari Bogor tempat saya dulu mah mungkin sekitar 2 jam bahkan lebih tapi gak menyurutkan minat untuk datang kesana. Yup, pusat kebudayaan asing menjadi tempat liburan favorit bagi saya.
Selain itu, karena pas anget kebetulan saya di Bogor yang cukup terjangkau jika ke Jakarta. Soalnya kalo di Makassar mah gak ada. Jadi, bener-bener manfaatin kesepatan bisa jalan-jalan selama masih di Bogor waktu itu.
Pusat kebudayaan asing biasanya dikelola oleh kedutaan besar atau perwakilan negara di Indonesia yang bertujuan untuk mengenalkan budayanya. Namanya pun berbeda tergantung dari negaranya. Acaranya pun bisa diikuti baik gratis maupun yang berbayar. Banyakan yang gratis kok jadi aman di kantong, siapin duit transpor dan jajan aja.
Baca Juga:
10 PUSAT KEBUDAYAAN ASING DI JAKARTA YANG WAJIB DIKUNJUNGI
Korean Cultural Center (KCC)
Kayak pusat kebudayaan korea dengan nama Korean Cultural Center (KCC) dan berada di komplek SCBD daerah sudirman. Berbagai macam acara telah saya ikuti mulai dari seminar, pengenalan hanbok, tutorial membuat kimchi, festival, nonton bareng dsb. Sudah gak terhitung sudah berapa kali saya ke KCC.
KCC menjadi destinasi yang paling sering saya kunjungi jika ke Jakarta. Pertama kali datang ke suatu event di Jakarta yah di KCC ini. Saya juga suka Koreaan soalnya. Sampai keluarga tuh tahu kalo saya ke Jakarta pasti tentang Korea, padahal mah gak semuanya hanya mayoritas aja. hihihh...
Ada juga pengalaman yang sudah saya posting di blog ini seperti saat nobar Sushow di KCC.
KESERUAN NONTON BARENG SUPER JUNIOR SUPER SHOW 5 DI KCC
Japan Foundation
Kalo Japan Foundation udah ketahuan kan pusat kebudayaan dari negara mana? Yup, dari Jepang. Meskipun baru 3 kali kesana tapi semua mengesankan.
Ochakai
Saat itu mengikuti ochakai atau upacara minum teh. Mulai dari memakai rok dan kaus kaki putih wajib ditaati agar bisa memperaktekkan langsung di undakan depan para peserta yang seperti panggung. Beruntung
Shodo
waktu itu saya ada pilihan mengikuti workshop Shodo yang berarti kaligrafi Jepang atau melihat langsung Leeteuk, sang leader SUPER JUNIOR - boy group Korea favoritku - yang berada di fx Sudirman. Saya memilih untuk menyempatkan lebih dulu ke Japan Foundation dan berharap bisa ketemu Leeteuk nantinya. Meskipun lokasinya berdekatan, jadi saya hanya berjalan kaki.
Alhasil keputusan tersebut membuat saya tidak bisa bertemu dengan Leeteuk tapi momen saat belajar Shodo membuat saya sangat senang. Pas megang kuas dan mencoba menulis, entah kenapa mungkin karena saya bisa belajar Shodo atau saya memang sangat menyukai belajar kebudayaan. Padahal jadi gak bisa ketemu Leeteuk. Mungkin karena efek terlalu excited saat mencoba mempraktekkan Shodo.
Japanscope & Pengenalan Kuliner Jepang
Terakhir kali ke Japan Foundation dalam acara Japan Cultural Week. Kebetulan hari itu lagi ada 2 acara dan terpilih sebagai peserta soalnya sistem daftarnya siapa cepat di dapat.
Paginya sekitar jam 10 ada sesi Japanscope. Japanscope adalah seri diskusi tentang Jepang seperti di dalam kelas pada umumnya. Saat itu tentang produksi kreatif yang terinspirasi dari Jepang. Kayak novelis yang menulis dengan unsur Jepang di dalamnya.
Siangnya ada pengenalan kuliner Jepang (Onigiri dan Makamono) oleh Chef Toyokazu Ikeda dari Ootoya Japanese Restaurant. Ada perkenalan materi onigiri dan makamono, ada demo pembuatan onigiri dan futomaki. Ada onigiti yang setelah selesai acara. Tapi kalo cobain futomakinya harus antri dan akhirnya dapat. Sumpah, futomaki yang saya makan saat itu menjadi sushi yang paling enak saya makan hingga saat ini. Bumbunya terasa dan bahan yang digunakan sangat segar. Aku suka...
Erasmus Huis
Ada juga pusat kebudayaan Belanda dengan nama Erasmus Huis yang berlokasi di daerah Setiabudi. Konser pertama sekaligus konser jazz yang saya hadiri, sendiri pula. Konsernya diadakan di aula Erasmus Huis yang tidak terlalubbesar namun bisa menampung cukup penonton sehingga konsernya terasa sangat privat. Saat itu saya duduk di bagian dan sangat dekat dengan Kika Springer dan rekannya, pemain saxophone dan juga komposer. Sejak itu jadi suka dengar musik jazz. Karena itu pula jadi pengen nonton konser orkestra. Sayangnya aja, saya hanya baru sekali datang ke Erasmus Huis.
Erasmus Huis wajib kalian datangi jika suka menghadiri konser yang mendatangkan artis dari benua Eropa dan gratis karena menjadi pusat kebudayaan asing yang paling sering mengadakan konser.
Goethe-Institute
Goethe-Institute ini merupakan pusat kebudayaan Jerman yang berada di daerah Menteng. Waktu itu kesana untuk ikut meramaikan festival fiml Eropa "Europe on Screen" yang diadakan di indonesia. Judulnya Styx.
Gedungnya khas Eropa banget dan ruangan yamg dipakai untuk menonton film seperti teater untuk menonton opera. Waktu kesana sudah malam jadi gak terlalu explor dan harus lanjut Europe on Screen selanjututnya di lokasi lainnya. Saya pun hanya sempat sekali kesana.
Institut Francais Indonesia
Klo pusa kebudayaan Perancis yaitu Institut Francais Indonesia (IFI). IFI sendiri ada 2, satunya di Jakarta pusat dekat bundaran HI dan satunya lagi IFI Wijaya di Jakarta Selatan. Saya ke IFI baru sekali yang berada di Jakarta Pusat dan masih untuk menonton film. Judulnya Guilty dan masih bagian dari Europe on Screen.
Gedungnya lebih ke tipe industrial dan ternyata ruangan yang digunakan memang teater di bioskop. Keren, emang sih IFI ini sering mengadakan diskusi setelah menonton film bersama dan mereka menggunakan teater itu. Hanya saja berbayar bagi kalangan umum, kalo anggota IFI atau ikut kursus bahasa disana mah gratis.
0 komentar
Terima kasih telah mengunjungi aindhae.com. Silahkan komentar dengan bijak. No spam please!
Link error? Tell me please.